Salah satuu adegan dsalam Film |
Salah satu visi kota yogyakarta ialah sebagai kota pendidikan yang
berkualitas nampaknya harus dijaga dan dipertahankan. Dalam hal ini
Kementrian Pendidikan Nasional DIY dan CV Kalika Multimedia Budaya
mencoba mensosialisasikan Yogyakarta sebagai kota pendidikan yang
kondusif, nyaman dan aman salah satunya dengan memproduksi film pendek
iklan layanan masyarakat berjudul “Yogyakarta Pendidikan Masa Depan”.
Iklan layanan masyarakat ini rencana akan ditampilkan pada televisi
lokal dan nasional serta ketika ada pameran pendidikan berlangsung.
Film pendek yang berdurasi 20 menit ini berkisah tentang Seorang remaja asal Palembang yang baru saja lulus dari SLTA dan berkeinginan melanjutkan pendidikan ke Perguruan tinggi di Yogyakarta. Sayangnya, keinginannya untuk melanjutkan pendidikan di jogja ditentang oleh orang tua dengan alasan ketidakamanan dan kekhawatiran abah akan tidak ada yang membantu meneruskan usahanya jika anak satu-satunya itu keluar Palembang. Berbekal surat panggilan diterima di Program S1 Sastra Inggris salah satu perguruan tinggi di yogyakarta dengan beasiswa penuh serta keinginan yang kuat akhirnya sandi memutuskan meneruskan pendidikannya ke Yogyakarta walaupun belum mendapatkan restu dari abah dan emak.
Menjalani rutinitas kesibukan sebagai mahasiswa dan aktif berorganisasi di kampusnya sandy juga bekerja paruh waktu sebagi jurnalis kontributor lepas di salah satu koran harian di jogja dan menjadi tour guide serta membuka agen wisata bersama teman kampusnya untuk menambah penghasilan agar bisa tetap terus bertahan di Jogja dan menyelasikan kuliahnya. Ia menikmati semua ini karena ia merasa Yogyakarta dipenuhi dengan keramahan dan kehangatan orang-orang disekitarnya.
Berhasil menselaikan program sarjananya dengan baik akhirnya sandy berkeinginan melanjutkan S2 nya sambil mengembangkan usaha agen wisata yang dimilkinya di Yogyakarta, dan selang beberapa tahun usaha agen wisata ini berkembang pesat hingga ke mancanegara. Meras sudah cukup bekal pulang dan telah menselesaikan program sarjana dan pasca sarjananya sandy memutuskan pulang kerumahnya. Dan disambut penyesalan abah dan emaknya, sandy membuktikan bahwa jogja adalah kota pendidikan yang aman, layak, dan nyaman. Bahkan karena dijogja sandy mengenal makna perjuangan.
Menurut Decky Leos sutradara film ini tak begitu banyak kesulitan menggarap film pendek ini karena para kru dan pemain melakukan komunikasi dan persiapan yang baik. Begitu juga menurut tokoh Sandy yang diperankan oleh Falery Effendi Mahasiswa asal Palembang yang sedang menjabat sebagai sekretaris di IKPM Sumateras Selatan Yogyakarta dan sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi dijogja mengaku tak begitu kesulitan memainkan peran sandy karena sebagian alur cerita dalam film memang beberapa banyak yang dia alami dalam kehidupannya.
Film pendek yang berdurasi 20 menit ini berkisah tentang Seorang remaja asal Palembang yang baru saja lulus dari SLTA dan berkeinginan melanjutkan pendidikan ke Perguruan tinggi di Yogyakarta. Sayangnya, keinginannya untuk melanjutkan pendidikan di jogja ditentang oleh orang tua dengan alasan ketidakamanan dan kekhawatiran abah akan tidak ada yang membantu meneruskan usahanya jika anak satu-satunya itu keluar Palembang. Berbekal surat panggilan diterima di Program S1 Sastra Inggris salah satu perguruan tinggi di yogyakarta dengan beasiswa penuh serta keinginan yang kuat akhirnya sandi memutuskan meneruskan pendidikannya ke Yogyakarta walaupun belum mendapatkan restu dari abah dan emak.
Menjalani rutinitas kesibukan sebagai mahasiswa dan aktif berorganisasi di kampusnya sandy juga bekerja paruh waktu sebagi jurnalis kontributor lepas di salah satu koran harian di jogja dan menjadi tour guide serta membuka agen wisata bersama teman kampusnya untuk menambah penghasilan agar bisa tetap terus bertahan di Jogja dan menyelasikan kuliahnya. Ia menikmati semua ini karena ia merasa Yogyakarta dipenuhi dengan keramahan dan kehangatan orang-orang disekitarnya.
Berhasil menselaikan program sarjananya dengan baik akhirnya sandy berkeinginan melanjutkan S2 nya sambil mengembangkan usaha agen wisata yang dimilkinya di Yogyakarta, dan selang beberapa tahun usaha agen wisata ini berkembang pesat hingga ke mancanegara. Meras sudah cukup bekal pulang dan telah menselesaikan program sarjana dan pasca sarjananya sandy memutuskan pulang kerumahnya. Dan disambut penyesalan abah dan emaknya, sandy membuktikan bahwa jogja adalah kota pendidikan yang aman, layak, dan nyaman. Bahkan karena dijogja sandy mengenal makna perjuangan.
Menurut Decky Leos sutradara film ini tak begitu banyak kesulitan menggarap film pendek ini karena para kru dan pemain melakukan komunikasi dan persiapan yang baik. Begitu juga menurut tokoh Sandy yang diperankan oleh Falery Effendi Mahasiswa asal Palembang yang sedang menjabat sebagai sekretaris di IKPM Sumateras Selatan Yogyakarta dan sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi dijogja mengaku tak begitu kesulitan memainkan peran sandy karena sebagian alur cerita dalam film memang beberapa banyak yang dia alami dalam kehidupannya.
Ketua IKPM Sumatera Selatan, Agus Lucky Syahputra, sangat apresiatif dengan garapan film pendek yang di pasilitasi pemerintah DIY. Menurutnya, ini sangat positif untuk mempromosikan Yogyakarta sebagai kota pendidikan yang tenang, nyaman, dan banyak menghasilkan orang-orang besar. Semoga dengan adanya film pendek ini dapat menepis asumsi masyarakat tentang beberapa kejadian keriminal yang baru-baru ini marak di Yogyakata dan mampu menggait lebih banyak lagi pelajar/mahasiswa luar daerah yang ingin menempuh pendidikan di kota pendidikan Yogyakarta.
Sutradara : Decky Leos
Pimpinan Produksi : Kristiana Wulandari
Director of Photography : I Wayan Nain Febri
Penulis Naskah : Ika Ayu
Pemain : Sandy : G Falery Effendi
Abah : Dadang Ihmawan
Emak : Nurmilisani
film nyo mano ?? :D , , , biar biso liat jugo :D :D
BalasHapus