Kamis, 31 Oktober 2013

Ikrar Sumpah Pemuda dan Dialog Ke-Pemuda-an IKPM Sumatera Selatan



“Kami putra putri indonesia mengaku bertumpah darah satu tanah air imdonesia
Kami putra putri Indonesia mengaku  berbangsa satu, bangsa indonesia
Kami putra putri Indonesia mengaku berbahasa kesatuan, bahsa indonesia"

Serentak dengan penuh semangat beberapa pemuda mengikrarkan kembali sumpah yang 85 tahun lalu dideklarasikam oleh founding bangsa. mereka adalah pemuda yang terdiri dari kalangan mahasiswa daerah, dan tergabung dalam ikatan keluarga pelajar mahasiswa seluruh indonesaia yang berdomisili di daerah istimewa yogyakarta.
Hari itu adalah tanggal 28 oktober 2013, sebuah momentum sejarah bagi Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Sumatera Selatan (IKPM SumSel). Karena pada tanggal tersebut IKPM SumSel telah mengadakan kegiatan monumental, yakni kegiatan memperingati hari lahirnya Sumpah Pemuda. Rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperingati, merefleksikan serta melaksanakan nilai ikrar pemuda pendiri indonesia tersebut diikuti oleh hampir seluruh perwakilan mahasiswa se nusantara di Yogyakarta. Pun,  Balai sriwijaya IKPM SUMSEL turut menjadi saksi atas tingginya apresiasi Pemuda mahasiswa dalam agenda yang bertajuk Ikrar pemuda dan Dialog Kepemudaan tersebut.
Salah satu apresiasi mereka tunjukkan lewat momen dialogis yang dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Musi Banyuasin Sumatera Selatan , ketua KORPRI PMII, serta Kejaksaan Tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari beberapa pesan moral yang ditujukan langsung terhadap seluruh mahasiswa se-Nusantara tersebut seluruhnya berisikan gugahan, dorongan serta kritik terhadap pemuda Indonesia kini.
Beni Hernadi, salah satu penyaji dialog mengungkapkan bahwa setiap pemuda memiliki peran yang amat strategis dalam proses regenerasi estafet kepemimpinan bangsa ini, karena dalam jiwanya tertanam semangat ideologis dalam menjunjung idealisme bangsa Indonesia. Bahkan, kata penyaji yang juga menjabat sebagai wakil bupati MUBA SUMSEL tersebut, dalam jiwa setiap pemuda harus ditanamkan semangat kepemimpinan, karena 10-15 tahun kedepan para pemuda khsususnya mahasiswalah yang akan memimpin bangsa ini menuju lebi baik. “setiap pemuda khususnya mahasiswa harus optimis untuk jadi pemimpin”, ungkapnya dengan penuh semangat.
Sementara itu menurut Irma mothoharah dalam penyajiaannya, para pemuda khususnya
mahasiswa idealnya memang harus menjadi inisiator, mobilisator serta konsolidator atas segala gerakan-gerakan kepemudaan yang bertujuan untuk mengawal arah bangsa ini menjadi lebih baik. Karenanya, dibutuhkan bekal pengetahuan yang mapan dalam konteks teoritik maupun praktik dilapangan. Multikompleksnya persoalan kebangsaan khusunya dalam memproteksi  ideology pemicu keretakan indonesia, menurut wanita yang juga ketua KORPRI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia tersebut merupakan salah satu tantangan bagi segenap pemuda untuk membuktikan  peran strategisnya, yaitu sebagai agent of change dan social control. ‘’ Menjadi pemuda itu harus tahu dan melakukan banyak hal bagi kemajuan bangsa, karenanya semangat pemuda itu harus dimulai dari mahasiswa’’. Tuturnya dengan logat ala aktivis.
Sesuai tugasnya sebagai bangsa Indonesia para pemuda memang harus senantiasa optimis dalam berjuang membangun cita-cita bangsanya, dalam konteks apapun. Sejalan dengan itu Imaun Kenering yang turut menjadi penyaji dalam dialog tersebut mendukung terhadap gerakan-gerakan kepemudaan yang berorientasi konstruktif. Meskipun hanya memberikan sedikit pengantar, pejabat kejaksaan tinggi Yogyakarta tersebut cukup memberikan suntikan moral terhadap segenap pemuda yang hadir.
Setelah penyajian selesai, nampaknya belum bisa menyudahi terhadap momen dialog tersebut, beberapa pemuda yang seluruhnya mahasiswa tersebut terlihat semangat dalam menyambut moment dialog langsung dengan para penyaji dialog. Dengan dipandu seorang moderator,  dialog pun berlangsung. Dimulai dengan mahasiswa bernama Arif budiman, salah satu peserta dari kabupaten MUBA. Dia menayakan perihal peran pemerintah dalam mengawal aktivitas kepemudaan yang ada ditiap-tiap daerah khususnya daerah MUBA SUMSEL. Mengenai pertanyaan tersebut Beni Hernadi menjelaskan bahwa memang harus ada satu bentuk kerjasama dalam menjalankan aktivitas edukation, entah itu pemuda maupun pemerintah daerah. “ idealnya pemerintah daerah memang harus jadi patner bagi para pemuda daerahnya khususnya dalam mendukung aktivitas pendidikan ”. tuturnya.
Tak mau kalah dengan peserta pria, salah seorang pemudi bergegas maju kedepan setelah diberi kesempatan oleh moderator. Dengan nada lugas dia mencoba mengeksplorasi pertanyaannya. Singkatnya, dia menanyakan persoalan nasionalisme yang seakan-akan disangsikan oleh bangsa ini sendiri. Menurutnya, hal ini terbukti dari kebijakan lembaga pendidikan  Indonesia bertaraf internasional yang mengharuskan salah satu persyaratan masuknya dengan menguasai bahasa inggris. Dalam konteks keindonesiaan hal ini tentu telah menghianati isi sumpah pemuda? Tanyanya. Dalam pertanyaan ini Irma mothaharah yang ambil bagian untuk menjawab, menurutnya esensi nasionalisme terhadap bangsa Indonesia harus dipahami secara luas, supaya tidak terjadi eklusivitas berfikir dan bertindak. Salah satunya ialah tentu dengan memberikan kontribusi pengetahuan bagi bangsanya. Persolan ada lembaga pendidikan bertaraf internasional yang mengharuskan peserta didiknya menguasai bahasa inggris, hal tersebut tak jadi masalah bagi penanaman nasionalisme, sebab, ilmu pengetahuan adalah persoalan skill individu termasuk dalam penguasaan bahasa. Karena yang terpenting bahasa nasional Indonesia tetap menajadi bahasa yang utama dalam berinteraksi. “ bukannya menguasai bahasa asing merupakan satu kelebihan, seperti yang saya ungkapkan diatas bahwa pemuda pemudi Indonesia harus tahu banyak hal termasuk bahasa ”. ungkap aktivis kelahiran MUBA tersebut.
Pertanyaan demi pertanyaan sebenarnya masih terus berlanjut, sampai pada batas akhir waktu dialog kepemudaan, IKPM SUMSEL yang diwakili oleh ketua umumnya Agus Shaputra atau akrab disapa lucky tersebut memberikan kenang-kenangan berupa lukisan kedua penyaji dialog, yakni Beni Hernadi dan Irma Muthoharah.

Begitulah suasana yang tergambar dalam kegiatan ikrar pemuda dan dialog kepemudaan IKPM SUMSEL. Mengingat apa yang disampaikan oleh penyaji bahwa jiwa para pemuda merupakan jiwa paling strategis untuk memberikan perubahan, maka, bersegeralah melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Sok hok gie pernah mengungkapkan dalam catatan hariannya yang cukup monumental(catatan seorang demonstran), bahwa tugas generasi muda adalah memberantas generasi tua yang mengacau.

0 komentar:

Posting Komentar